Support us by turning off the adblock



Chapter 5: Belanja Bersama Hikaru


[POV Akiyama]


"Sumi, bukankah ini imut?"


Hikaru memegang tali karakter dan menunjukkannya padaku.


Aku meninggalkan Iku dan Soyoka kepada Kyota dan Amaya-kun dan berkeliling pertokoan bersama Hikaru.


Kami sekarang berada di toko umum. Ada banyak barang fashion yang berjejer, yang membuatku sedikit gugup.


Aku ingin tahu apakah tidak apa-apa berada jauh dari Iku? ......Aku khawatir jika Kyota menularkan hal yang tidak-tidak padanya.


"Hmm? Kenapa?"


"Tidak, tidak apa-apa."


"Oh, oke. Kamu mengkhawatirkan Kuremo-chan, kan?"


"Y-Ya. Kyota masih seperti bocah, jadi aku khawatir jika Iku terkontaminasi olehnya......"


"Ahaha. Menurutku menyenangkan untuk bisa bermain dari sudut pandang yang sama seperti anak kecil."


Hikaru tersenyum dengan mulut yang terbuka lebar.


Dia sangat cerah dan imut. Kebalikan dariku. Aku masih tidak percaya pada pernyataan bahwa dia iri padaku.


Satu-satunya hal yang bisa aku menangkan dari Hikaru adalah nilai ujian dan fakta bahwa aku memiliki adik laki-laki yang imut. Aku pikir Hikaru lebih pintar dariku, itu hanya karena aku menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar daripada dirinya.


Kalau tidak, aku tidak akan bisa berada di posisi ini.


Bahkan bagiku, sebagai sesama perempuan, Hikaru selalu imut nan memukau.


Aku bisa mengerti mengapa semua orang sangat menyukainya. Kuharap aku bisa sepertinya, tapi itu tidak mungkin bagiku.


Bukan hanya Hikaru. Bahkan Kyota dan Amaya-kun punya banyak teman dan sangat berbeda denganku.


Bagi mereka, aku mungkin hanya salah satu dari sekian banyak teman mereka. Ketika aku memikirkan itu, aku merasa sedikit sedih.


……Tidak, aku pikir Iku saja sudah cukup untukku.


"Kyaa, Minisuka-chan! Aku menontonnya setiap minggu! Imutnyaaaa!"


"Soyoka-chan juga menyukainya."


"Oh, benarkah?! Selera yang bagus, Soyoka-chan!"


"Begitu, jadi itu selera yang mantap, yah? ......Aku tidak mengerti. Jadi aku harus mempelajarinya."


"Sebentar, seriusan, nih?"


Hikaru tertawa terbahak-bahak.


"Hikaru, terima kasih telah menjadi temanku."


"Heh, ada apa ini tiba-tiba? Senang berteman denganmu juga.......?"


Hikaru tersenyum bingung.


Aku menjadi merasa malu. Wajahku sedikit memanas.


"Fufu, aku juga senang bisa berteman dengan Sumi."


"Y-Ya.....?"


"Ya! Oh, aku ingin pergi ke sana lain kali!"


Hikaru tampak lebih bersemangat daripada saat bersama Amaya-kun dan Kyota.


Sepertinya dia terbuka padaku, yang membuatku sedikit senang.


"Ngomong-ngomong, Kuremo-chan tadi sangat lucu, bukan? Itu lucu bagaimana dia menjadi konyol ketika berhubungan dengan Soyoka-chan, iya kan?"


"Benar. Aku selalu menganggap dia bodoh."


"Ahaha. Dia selalu membicarakan tentang Soyoka-chan terus, bukan?"


"......Hikaru juga berteman baik dengan Kyota, kan?"


"Tidak juga. Kami tidak saling kenal tahun lalu."


Meski begitu, keduanya sering mengobrol dengan riang. Kupikir mereka rukun. Mereka berdua tampaknya adalah tipe orang yang suka bercanda.


Sebelumnya, mereka berbicara dengan akrab saat berjalan di belakangku. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi ada banyak kontak fisik.


Maksudku, boleh-boleh saja untuk jatuh cinta, tapi tolong jangan bermesraan di muka umum.


"Yah, aku hanya sedang menjalin hubungan kerja sama dengan Kuremo-chan."


"Kerja sama......?"


"Maksudku, kami sedang memanfaatkan satu sama lain. Rinciannya adalah—yah, kurasa rahasia."


Dia meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya dan tersenyum nakal.


"Oh......."


Aku berharap aku bisa tertawa ringan di sini, tapi pipiku bahkan tidak berkedut.


Kenapa, yah? Padahal tidak ada masalah soal apa yang dilakukan Hikaru dan Kyota.


"Maksudku, bukankah kamu dan Kuremo-chan jauh lebih rukun?"


"Hm......? Kami tidak dekat. Kami hanya teman ibu."


Aku dan Kyota hanya terlibat karena adik kami. Kami bahkan bukan teman.


Jika Iku dan Soyoka menjadi terasing, kami bahkan tidak akan berbicara satu sama lain.


Aku merasa sedikit kesepian memikirkan itu....... Tidak, aku tidak peduli dengan Kyota.


"Tapi, Kuremo-chan adalah kandidat yang sangat bagus. Wajahnya cukup bagus, dan penampilannya sangat bijaksana. Dia peduli dengan adiknya, yang juga merupakan poin penting. Yah, itu agak berlebihan. Di sisi lain, aku tidak berpikir dia akan selingkuh."


"......Apakah Hikaru menyukai Kyota?"


Aku mencoba membayangkan. Memikirkan tentang pertukaran mereka sebelumnya, sepertinya itu adalah pasangan yang cukup bagus.


Tapi rasanya agak berat dan menyakitkan, seolah-olah ada sesuatu yang tersangkut di belakang tenggorokanku. Aku mengeluarkan botol airku dan meneguk air di dalamnya.


"Idih, najis." kata Hikaru, tanpa basa-basi.


Mungkin karena habis minum, tapi sesak napasku langsung hilang.


"Jadi kamu bisa yakin. Aku tidak akan menjadi saingan Sumi."


"Saingan? Apa yang kamu bicarakan.....?"


"Eh, kamu tidak sadar?"


Hikaru menatapku dengan tatapan bingung.


Aku memiringkan kepalaku dan kembali menatapnya.


"Sumi, menurutmu Kuremo-chan itu lumayan, kan?"


"Kyota? Itu tidak mungkin. Dia pria yang tidak peka."


"Haha, aku tidak menyangkal itu, tapi ...... dia cukup oke menurutku."


"Tidak minat. Aku punya Iku, dan itu sudah cukup bagiku."


Aku menolaknya secara refleks.


Aku banyak berbicara dengan Kyota, jadi memang benar bahwa hubungan kami telah tumbuh menjadi nyaman satu sama lain.


Tapi menurutku terlalu mudah untuk langsung menghubungkannya dengan asmara.


"Begitu. .......Yah, kalau Sumi bilang begitu, kurasa memang begitulah adanya."


"Ya. Sangat benar."


"Kalau begitu, apakah itu berarti aku boleh memiliki Kuremo-chan?"


Hikaru tersenyum jahat.


Aku hendak menjawab "Tentu saja." ketika aku tersedak oleh kata-kataku sendiri.


Aku mungkin tidak menyukainya sedikit pun.


Tapi, rasanya akan canggung bagi kenalan untuk saling jatuh cinta.


"Canda. Aku lebih suka pria tampan."


"Benar."


"Tapi aku bisa mengerti mengapa kamu menyukainya. Tidak banyak orang yang memahami dan cocok dengan Sumi yang seperti ini, kan?"


"Itu sebabnya aku tidak menyukainya......."


"Fufu. Begini saja. Kalau kamu butuh sesuatu, aku selalu ada untukmu."


Cinta bukan hal yang cocok untukku.


Aku terlalu sibuk mencintai Iku, jadi aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu.


Selain itu, jika aku mau jatuh cinta, aku lebih suka melakukannya dengan seseorang yang lebih keren dan lebih pintar dariku. Seperti ayahku.


Meninggalkan toko umum, aku mencari pakaian.


"Oh, tunggu. Pakaian di toko ini terlihat sangat cocok untuk Sumi."


"Bukankah itu ...... terlalu imut?"


"Fufufu, santai saja. Serahkan semuanya pada kakakmu ini. Aku yakin aku akan bisa mengoordinasikan Sumi."


"Hikaru, karakter macam apa itu?"


Tampaknya dia sudah selesai membicarakan soal Kyota.


Hikaru agak bergetar saat dia mendekatiku dengan tangan yang bergoyang-goyang.


"Ini, ini, dan ini! Ya, coba semuanya!"


"Ha?"


"Mereka pasti akan terlihat cocok untukmu! Mari kita coba satu-satu, oke? Lihat!"


Dia memaksaku untuk mencoba beberapa pakaian dan melemparkanku ke dalam kamar pas. Aku melakukan apa yang diperintahkan dan mengenakan baju tanpa lengan.


......Aku tidak ingin orang lain melihat ini.


Itu terlalu terbuka dan warnanya terlalu cerah. Aku pikir ini harus dipakai oleh gadis-gadis cantik.


Aku dalam diam melepasnya dan mengambil pakaian berikutnya.


Kali ini bahkan lebih mencolok. Seperti yang diharapkan, aku bahkan tidak ingin mencobanya.


Mungkin akan imut jika Hikaru yang memakainya, tapi itu tidak akan terlihat cocok untukku.


"Sumi, apakah kamu menyukainya? Keluarlah saat kamu memakainya."


"Aku tidak mau."


"Oh, ayolah. Aku hanya akan memotret dan mengaguminya!"


"Aku malah menjadi semakin ogah untuk memakainya."


Hanya dengan melihat ke cermin saja sudah memalukan, apalagi difoto, itu membuatku ingin mati.


Aku tidak bisa menunjukkannya kepada siapa pun, terutama pada ...... Kyota. Dia pasti akan menertawakanku.


"Ah, yang ini sepertinya boleh dicoba......"


Aku menemukan satu pakaian yang relatif sederhana. Meski masih mencolok dibandingkan dengan yang biasa kukenakan.


Ini gaun berenda bunga sakura.


Aku memakainya dan membuka tirai, dengan mempertimbangkan Hikaru, yang memilihkannya untukku.


"Oh, itu terlihat bagus! Kamu memiliki selera yang oke, itu terlihat cocok untukmu. Jika kamu lebih banyak tersenyum, itu sempurna!"


"......Oke, akan kulepas."


"Eh. Itu sangat imut, tahu? Mari kita tunjukkan pada Kuremo-chan dan Mizuki."


"Ogah."


Jika mereka melihatku seperti ini, aku yakin aku akan sangat malu sehingga kepingin pulang.


Aku yakin akan menyenangkan jika aku bisa menjadi gadis yang terlihat cantik dengan pakaian imut seperti ini.


Kalau dipikir-pikir, kurasa aku juga menyukai warna pink dan merah.


Ayahku selalu memujiku ketika aku memakainya, dan aku memiliki kepribadian yang lebih cerah saat itu.


"Karena kita sudah di sini, ayo kita beli. Maksudku, aku yang akan membelikannya untukmu."


"Tidak, tidak. Itu berlebihan."


"Aku ingin Sumi memakainya. Aku tidak keberatan mengeluarkan uang untuk hal-hal yang imut."


"......Aku lebih suka membelinya sendiri daripada meminta Hikaru untuk membelikannya untukku."


Aku tidak berpikir aku akan terlihat cocok dengan bajunya, tapi sejujurnya aku senang Hikaru memilihkannya untukku. Apakah aku akan memakainya atau tidak, aku mungkin akan membelinya untuk memperingati jalan-jalanku dengan Hikaru.


Dilihat dari harganya, ini tidak terlalu mahal.


Aku bertekad untuk membelinya, jadi aku membawanya ke kasir. Seperti Soyoka, aku tidak berani membelinya sambil memakainya, jadi aku menggantinya dulu.


Aku memintanya untuk memasukkannya ke dalam kantong kertas agar tidak kelihatan dari luar.


"Fuhaaa, aku berhasil melakukannya dengan baik lagi ....... aku mungkin jenius dalam membuat gadis terlihat cantik."


Hikaru memasang ekspresi pencapaian di wajahnya.


"Bajunya imut. Yah, bajunya."


"Sumi juga imut. Pastikan untuk memakainya, oke? Oh, dan jangan memakainya sebagai pakaian santai atau semacamnya!"


"......O-Oke."


Hikaru menatap wajahku dan memperingariku.


Hikaru menganggukkan kepalanya, seolah-olah dia sudah menyampaikan maksudnya.


"Yah, sudah hampir satu jam. Ayo kembali ke yang lain."


"Benar."


Hikaru dan aku bersenang-senang saat berbelanja bersama.


Untuk pertama kalinya sejak masuk SMA, aku merasa seperti sedang bermain dengan seorang teman.


"Ini hampir malam, mungkin kita harus berpisah setelah makan malam. Apa yang ingin kamu makan?"


"Apa pun yang ingin dimakan Iku."


"Fufu."


 Area anak-anak mulai terlihat.


Ketika aku mendekat, aku melihat Kyota sedang bermain dengan Soyoka. Dia tetap bersemangat seperti biasanya.


"Kalian memang cocok satu sama lain. Kalian terlihat sama persis."


Hikaru tersenyum nakal lalu berlari ke arah Amaya-kun.


Aku menyusulnya saat Iku melapor, "Seru!"


"Oh, apakah kau membeli sesuatu? Akiyama."


".....Mau tahu saja."


"Kok gitu?"


Aku buru-buru menyembunyikan kantong kertasku saat Kyota mencoba mengintip ke dalamnya.


Dia benar-benar tidak peka. Itu sebabnya tidak mungkin aku jatuh cinta dengan pria seperti dia.


"Kuremo-chan, jangan. Bagaimana kalau itu celana dalam?"


"Waduh ...... masa, sih?"


"Soyoka-chan tidak akan menyukaiku, tahu?"


“Soyoka......? Tidak mungkin ia akan membenciku, kan?"


Lalu, Kyota dan Hikaru berdebat.


Aku ingin menunjukkannya sedikit saja, tapi ...... rasanya memalukan, jadi aku mengurungkan niatku.


"Yah, ayo kita pergi makan malam."


"Oh, aku tahu tempat yang bagus. Restoran Italia, harganya cukup murah."


"Kedengarannya bagus. Ayo pergi ke sana."


Kupikir dengan adanya Iku, aku tidak membutuhkan teman. Tapi rupanya aku hanya membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa aku keren dan mengagumkan.


Tapi hari ini, ketika kami berenam datang untuk bermain bersama, sejujurnya aku sangat bersenang-senang.


Ini semua berkat Hikaru dan Amaya-kun, tapi orang pertama yang mengenalkanku pada mereka adalah Kyota.


Kupikir aku harus berterima kasih untuk itu.


"Sumi, ada apa? Ayo cepat!"


"Ya, aku datang."


Aku berbaris di belakang semua orang, bergandengan tangan dengan Iku.


Aku menyangkalnya sebelumnya, tetapi Kyota sedikit lebih istimewa dari yang lain. Tapi cinta bukanlah perasaan yang sederhana.


Kyota hanyalah ...... teman ibu yang berharga.