Support us by turning off the adblock



Chapter 3: Kehidupan Sehari-hari (1)


"Kuromine-kun! Sudah pagi! Hei!"


Dengan suara lembut beserta guncangan di bahu, kesadaranku berangsur-angsur naik ke permukaan.


Saat aku membuka mata, aku bisa melihat wajah Hoshimiya, meski agak samar.


Dia menatapku dengan ekspresi lembut yang bercampur dengan senyuman.


Ah ...... waktunya sekolah, kah?


Rasa penolakan secara naluriah menyelimutiku. Aku mau lanjut tidur.


Aku menyerah dan menutup mataku kembali.


"Kuromine-kun......? Ini sudah pagi, kamu harus bangun."


"......Oke-oke, tapi cium dulu."


"Haaaaa────!"


"Kalau gak gitu aku gak mau bangun......"


Kalau tidak salah, tiga hari yang lalu, aku juga meledek Hoshimiya dengan mengatakan sesuatu seperti ini.

[TL: Si MC kita ini mengira kalau dia ini sekarang lagi ada di saat di mana dia sama Hoshimiya masih pacaran.]


Karena Hoshimiya memiliki kepribadian yang serius tapi naif, jadi dia menganggapnya serius dan mulai marah karena kesal.


Segera, dia akan mengguncang bahuku dengan keras dan berkata, "Oh, kamu berbicara omong kosong lagi! Cepat bangun!"


"............?"


Aku mengharapkan itu, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali.


Merasa tidak nyaman dengan pola yang tidak biasa itu, aku membuka mata tipis-tipis untuk memeriksanya.


"Ya, eh ...... um......."


Di sana, Hoshimiya, memiliki wajah merah padam. ............Hmm?


Reaksinya agak menyejukkan.


Tapi bentar, kok pemandangannya beda, yak?


Woylah, ini mah bukan kamarnya Hoshimiya!


Langit-langit dan dindingnya ──── tidak kukenal.


Ini ──── rumahnya Soeda-san!


"Hoshimiya! Lupakan yang barusan!"


Menyadari situasinya, rasa kantukku langsung hilang. Aku terpental ke atas dan ke bawah.


"Maaf! Aku cuma mengigau!"


"A-Aku tidak bisa melakukan itu, Kuromine-kun ....... kita baru mengenal satu sama lain selama dua hari, tahu......!"


"Tidak! Aku salah mengira kalau ini di masa lalu......!"


"Masa lalu? Apakah itu artinya kamu pernah meminta ...... gadis lain untuk membangunkanmu dengan ...... menciummu?"


Dia malu bahkan untuk mengatakan kata ciuman. Suaranya sedikit bergetar.


Di sudut kepalaku, aku berkata, "Hoshimiya sekali." dan aku bertanya-tanya bagaimana aku harus menjelaskan ini padanya.


"Yah, um ...... gadis lain, huh, maksudku, um ...... gimana, yak."


"Aku mengerti, sudah kuduga  ......Kuromine-kun, lagi pula kamu keren, bukan?"


"Hoshimiya?"


"Sarapan akan segera siap, jadi tolong turun ...... ke bawah."


Hoshimiya berdiri dengan cepat dan berjalan keluar ruangan, tidak ingin menghadapku.


Dia tampak seperti seorang gadis yang menyaksikan pacarnya selingkuh dan pergi sambil menangis.


"Oh tidak ...... ini menjadi agak canggung."


Aku ingin menjadi kekasih Hoshimiya sekali lagi, tapi di pagi setelah aku membuat keputusan itu, kecelakaan justru langsung terjadi karena aku lupa kalau sedang menginap di tempat Hoshimiya tinggal.


***


Waktu sarapan tiba, dan kami berempat duduk mengelilingi meja seperti yang kami lakukan tadi malam. Kana, yang duduk di sebelahku, dalam diam mengambil sesuap nasi dan sesekali berkata, "Oh, enak." dan terlihat puas.


"Riku-kun, apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?"


"Ya."


"Yakin?"


Dengan lembut menekuk matanya yang tipis, Soeda-san berulang kali menganggukkan kepala dengan gembira. Aku ingin tahu apakah nenek-nenek memang suka menikmati reaksi anak muda ......? Aku juga punya nenek, tapi────


"K-Kuromine-kun ...... apa kamu mau nasi lagi......?"


Hoshimiya, memperhatikan mangkuk yang kosong, bertanya dengan sikap malu, sebuah perubahan total dari kemarin. Tampaknya efek dari insiden "Ciuman pagi" pagi ini masih tersisa.


"Kalau begitu, aku akan memintamu menuangkannya lagi untukku."


Aku menyerahkan mangkukku kepada Hoshimiya, ketika ujung jari kami saling bersentuhan.


"────"


"Hm? Ada apa Ayana?"


"Uh, tidak! Bukan apa-apa!"


"Apakah begitu......?"


Kana mengkhawatirkan Hoshimiya, yang panik tak karuan.


Hoshimiya menyajikan nasi ke dalam mangkuk dengan gerakan canggung layaknya robot.


Langsung salah tingkah hanya karena ujung jari saling bersentuhan …… Ugh, bikin jantung cenat-cenut saja.


Menatap tangan kananku yang menyentuh ujung jari Hoshimiya, aku hanya bisa terdiam.


Aku merasa ingin berteriak dan berlari menyusuri taman sekarang.


"Kuromine-kun, silakan......"


"Oh, terima kasih."


Sambil memalingkan wajah, kami melakukan serah terima mangkuk di atas meja.


Karena tidak memperhatikan tangan kami sebab saling memalingkan wajah, sekali lagi, jari-jari kami saling menyentuh saat aku mencoba meraih mangkuknya.


""Ah!""


"Ayana? Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"


"Ya, aku baik-baik saja!"


"Hm? Maksudku, bukankah wajahmu merah?"


"Y-Ya? I-Itu selalu seperti ini!"


"Jika wajahmu selalu merah, itu artinya kamu sakit. Dan caramu berbicara tampak dibuat-buat......."


Kana memberiku tatapan bertanya, tapi aku mengabaikannya dan memakan nasi di mangkukku.


Apa coba? Gitu aja salting, lucu amat diriku ini.


Bahkan saat tinggal bersama dengan Hoshimiya, sering kali kami saling bersentuhan tangan.


Tentu saja, Hoshimiya juga bereaksi dengan panikan, tapi saat itu, aku hanya sedikit terguncang ..... tidak sebanyak sekarang.


Sekali lagi, aku melihat jemari tangan kananku yang menyentuh jemari Hoshimiya.


Rasanya seolah-olah ada sedikit hawa panas di atasnya.


***


"Aku tahu ada yang salah denganku."


Setelah selesai sarapan, aku kembali berlari ke kamarku dan berguling-guling di lantai, bertanya-tanya.


Ini bukan pertama kalinya aku merasakan sesuatu yang aneh pada indraku.


Saat di kereta ...... tidak, setelah aku memutuskan untuk menemui Hoshimiya dan putus dengan Yono.


Ada kejelasan dalam semua yang kurasakan. Perasaan bahwa kabut telah terangkat dan menjadi jelas.


"Kuromine-kun, aku membawakanmu baju ganti."


Aku mendengar suara dan bangun untuk menemukan Hoshimiya yang berdiri di pintu masuk.


Di tangannya ada sejumlah pakaian terlipat.


Aku membiarkan pintunya terbuka jadi aku tidak menyadari bahwa dia datang.


"......Aneh."


"Ha?"


Aku mengangkat kepalaku pada Hoshimiya, yang berseri-seri.


"Aku dan Kuromine-kun, kita tidak pernah benar-benar berbicara, kan? Karena itulah ini terasa seperti mimpi bahwa kita seperti ini sekarang......"


"............"


Rasa sakit yang terasa seperti dicabut dari tubuhku menghantam dadaku. Aku memegangi dadaku tanpa sadar.


"Kuromine-kun?"


"Ugh ...... bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, apakah hanya ada kakek-kakek dan nenek-nenek di desa ini?"


".......Yah, mungkin cuma asal nebak, tapi kurasa begitu. Tapi ada juga orang yang seumuran denganku. Anak laki-laki yang kuat."


"Ha────?"


Jangan bilang kau pernah menjalin asmara dengan pria lain saat aku pergi......?!


Tunggu, jika laki-laki itu bisa membuat Hoshimiya bahagia ........... jangan sampe dah, gak rela aku.


"Laki-laki yang mana?"


Aku bertanya dengan tegukan dan harapan.


Hoshimiya tersenyum dan berkata, "Aku tidak tahu apa-apa tentangnya, kecuali dia kuat. Aku belum pernah berbicara dengannya. Aku hanya melihatnya dari jauh." dengan nada ringan.


Aku menghembuskan napas lega dan merasa nyaman. Aku senang mendengarnya.


Merasa sedikit lebih santai, aku memutuskan untuk meminta maaf lagi atas kejadian pagi ini.


"Aku benar-benar minta maaf tentang yang tadi pagi ....... aku mengira itu mimpi dan mengatakan sesuatu yang aneh."


"B-Begitu ....... Kuromine-kun, kamu keren, jadi ...... kupikir kamu mungkin tipe yang suka bermain-main dengan wanita."


"Tidak, tidak. Bahkan jika aku ingin, aku tidak bisa."


"Benarkah? Lalu, berapa banyak gadis yang telah kamu kencani selama ini......?"


Apakah kau bertanya kepadaku dengan asumsi bahwa aku telah bersama seseorang.......?


"Satu ...... tidak, dua."


Aku pacaran dengan Yono tanpa putus dengan Hoshimiya, jadi totalnya dua.


Hoshimiya, setelah mendengar jawabanku, terkejut dan jatuh berlutut.


"Kamu bermain dengan lebih dari yang aku bayangkan.......!"


"Tidak, tidak, aku tidak bilang kami langsung bermain berdua.......!"


"Kapan kamu berkencan dengan gadis-gadis itu?"


"Baru saja ....... kurasa ...... sejak masuk SMA."


"Kamu berganti pasangan dalam waktu singkat......!"


Hoshimiya, yang terkejut untuk kedua kalinya, berteriak.


Memang benar, sih, tapi gak gitu!


Aku ingin menjelaskannya, tapi aku tidak bisa karena aku tidak tahu apa pengaruhnya terhadap Hoshimiya.


Bahkan jika aku harus mengatakannya, aku harus lebih berhati-hati tentang waktunya.


"Kurasa Kuromine-kun memang populer......."


"Tapi kenyataannya tidak seperti itu."


Salah satu dari dua orang itu adalah kau.


"Haha ...... maaf. Aku bahkan bukan pacarmu, tapi aku bereaksi terhadap kehidupan cinta Kuromine-kun......"


"Tidak apa-apa, kok."


"Aku sendiri tidak tahu, tapi entah kenapa, aku selalu kepikiran tentang Kuromine-kun ............ dan, eh, um, maksudku, bukan ..... ada yang aneh!"


Hoshimiya, yang meninggikan suaranya dan mati-matian mencoba menjelaskan, itu imut. Aku jadi ingin mengaku padanya sekarang


"Kalau begitu ...... sampai jumpa lagi!"


Hoshimiya, yang memunggungiku, terbang menjauh seolah ingin melarikan diri.


......Um, minimal tolong tinggalin bajunya, iya kan.


Aku masih memakai piyama bekas semalam ini.


***


Setelah mengejar Hoshimiya dan menerima pakaian, aku kembali ke kamarku dan berganti ke pakaian yang lebih nyaman, kaus dan celana pendek. Ukurannya pas.


"Hei, Riku. Ada apa dengan Ayana?


"......Jangan datang ke sini begitu tiba-tiba!"


"Apa?! Bukankah kamu yang membiarkan pintunya terbuka?! Itu salahmu!"


Kana, menunjukkan sikapnya yang tidak sopan, melangkah ke dalam kamarku tanpa ragu-ragu. Dia sepertinya bukan orang yang kooperatif.


"Ada apa denganmu dan Ayana? Kamu terlihat sangat canggung."


"Yah......"


"Ceritakan padaku, sang kolaborator."


Aku tidak menyembunyikan apa pun, jadi aku menceritakan apa yang terjadi pagi ini.


Kana mendengarkan dengan gusar, tapi────


"Riku, itu benar-benar menjijikkan."


"Ugh!"


"Minta dicium supaya bangun ....... aku tahu kamu ingin menggoda Ayana, tapi...

.."


"......Maaf!"


"Aku tidak percaya tiba-tiba ada kejadian seperti itu. Apa coba?"


Tiba-tiba orang ketiga bergabung dengan kami.


"Oh, hei, kalian berdua, bolehlah aku bergabung?"


"Eh, Ayana?"


Aku mendengar suara dan berbalik untuk melihat ke arah pintu masuk. Itu Hoshimiya.


Aku lebih baik membiasakan diriku untuk menutup pintu. Aku tinggal sendirian untuk beberapa lama, jadi aku tidak pernah berpikir untuk menutup pintu. Ada suatu masa ketika aku tinggal bersama Yono, tetapi kami mengungkapkan semuanya satu sama lain. Mungkin wajar jika aku tidak pernah memiliki kebiasaan untuk menutup pintu.


"Aku mau mengurus kebun sekarang. Jika kalian membutuhkanku, silakan datang ke kebun."


"Kebun? Ayana serajin biasanya, yah ──── Oh, tunggu, biarkan aku membantumu."


"Oke, tapi ...... apa kamu yakin? Kana, kamu tidak suka hal semacam itu, kan?"


"Kamu telah menjagaku, jadi setidaknya aku harus melakukan itu, kan? Iya kan, Riku?"


"Aku?"


 Ketika aku ragu-ragu untuk menjawab, dia menyodokku dengan sikunya. Apakah itu sinyal untuk menyetujuinya?


"Oke. Biarkan aku membantumu juga."


"Bahkan Kuromine-kun ....... terima kasih, kalian berdua. Silakan turun kalau sudah siap."


Sepertinya hanya itu yang dia perlukan, dan Hoshimiya langsung meninggalkan kami.


Aku belum pernah berkebun sebelumnya.


"Inilah kesempatanmu, Riku. Apa pun itu, kamu dan Ayana bisa merasakan hal yang sama dan menjadi lebih dekat."


"Oh, begitu.......!"


Meski disokong oleh Kana, tapi aku akan melakukan yang terbaik dan menunjukkan sisi baikku pada Hoshimiya. Aku harus menebus kesalahan pagi ini!


***


"Ini akan memakan waktu seharian, bukan?"


".....Kurasa aku tidak akan bisa melakukannya."


Setelah berganti menjadi kaus lengan panjang, aku dan Kana pergi ke halaman dan terkejut melihat situasi yang menyedihkan. Gulma pendek tumbuh berjejer di sepanjang tepi rumah, dan hamparan rumput liar tersebar di seluruh halaman. Beberapa di antaranya pendek namun ada juga yang seperti pohon.


Penasaran, aku memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat mereka satu per satu.


Ada beberapa bebatuan yang telah dipecah menjadi bentuk oval untuk mempercantik tampilan taman, namun dikelilingi rerumputan setinggi lutut, membuat keberadaannya kurang terlihat. Di sudut taman, ada sisa-sisa kolam kecil yang mungkin pernah digunakan untuk memelihara ikan mas, tapi tentu saja tidak ada ikan mas di dalamnya, hanya genangan rumput mati dan kering.


"Soeda-san. Apakah ini aneh? Apakah menurutmu pakaianku tidak aneh?"


"Tidak ada yang aneh tentang pakaianmu itu. Kamulah yang terlihat aneh hari ini, Ayana-chan. Biasanya kamu tidak peduli dengan pakaianmu."


Lewat angin, aku bisa mendengar mereka berbicara dari sudut rumah.


Aku secara alami menoleh ke arah itu dan melihat Hoshimiya keluar dari sudut dengan cara yang aneh.


Sebaliknya, Soeda-san dengan lembut mendoronnya keluar.


"Ah ── Kuromine-kun ......"


Mata kami bertemu, dan Hoshimiya menoleh dengan malu-malu. Dia tampak khawatir tentang pakaiannya.


Tidak ada yang salah dengan itu, dan dia sangat imut.


Dia mengenakan topi jerami dan handuk di lehernya. Mungkin untuk melindunginya dari terik matahari musim panas.


Dia mengenakan kemeja putih lengan panjang dan salopettes.


Salopettes terbuat dari kain denim. Pakaian untuk seseorang yang sedang melakukan pekerjaan pertanian.......


Itu tampak kontras dengan Hoshimiya, yang pergi ke sekolah dengan dandanan bak seorang gal.


Kupikir begitu, tapi sebagai seorang yang mengetahui kepribadiannya yang sebenarnya, sebenarnya itu cocok untuknya.


Pertama-tama, itu terlihat normal dan imut. Penampilan malu-malu dan gerakan gelisahnya juga bergema di hati pria.


Aku senang melihat Hoshinomiya dalam tampilan yang baru.


"Riku. Ini kesempatan lain."


"Apanya?"


Kana, yang entah bagaimana datang ke sisiku, berbisik padaku.


"Ayana khawatir tentang bagaimana Riku akan melihatnya. Jika kamu memujinya di sini, kamu akan dapat memperpendek jarak di antara kalian."


"Aku tidak peduli tentang itu, tidak peduli bagaimana, dia tetap imut."


"Jika menurutmu begitu, katakan padanya."


Dengan mengatakan itu, Kana mundur dariku dan mulai mengawasiku.



Sebaliknya, Hoshimiya berjalan ke arah kami dengan kiprah canggung dan berhenti dalam jarak tiga langkah. Ada ketegangan aneh di udara.


"Oh, haha ...... aneh, yah, pakaian ini? Tidak terlihat cocok untukku......."


Hoshimiya tersenyum rendah hati, seolah tidak yakin. Tapi itu tidak benar.


Aku mencoba untuk mengatakan apa yang ada di pikiranku dengan cara yang ringan seperti yang selalu kulakukan.


"───I-I-I!"


"Kuromine-kun?"


"Eh, uh ...... ah?!"


I-Imut!


Tepat setelah aku hendak mengatakan itu, seluruh tubuhku tiba-tiba terasa panas.


Jantungku mulai berpacu dan pikiranku memutih.


Ini - gugup! Perasaan malu yang campur aduk.


Di hadapan Hoshimiya yang menunggu jawaban, aku merasa tidak karuan atas apa yang harus kukatakan.


"Gah.....! Intinya, itu tidak aneh!"


"B-Benarkah?"


"......Y-Ya. Sebaliknya itu ...... imut......"


"......Eh, t-terima kasih."


Hoshimiya menggoyang-goyangkan jarinya dengan malu-malu dengan pipinya yang memerah.


Aku juga anehnya merasa malu.


Aku merasa tidak nyaman dengan diriku sendiri karena tidak bisa mengatakan "imut" dengan benar.


Padahal dulu aku bisa mengatakannya dengan santai.


Hal yang sama berlaku pada hari ketika aku pergi ke bioskop dengan Hoshimiya untuk pertama kalinya. Saat itu, aku berkata "imut" tanpa pikir panjang. Tapi anehnya ...... aku bingunh sendiri dengan perubahan dalam diriku.


Ketika aku sedang menatap Hoshimiya yang menerima alat berkebun dari Soeda-san, Kana mendatangiku.


"Riku. Itu tidak seperti kamu."


"Itu karena ...... raeanya berbeda."


"Berbeda?"


"Aku tidak bisa menggambarkannya, tapi perasaan ini terasa lebih nyata."


"Ha? Apanya? Coba katakan sedikit lebih jelas."


"Sudah kubilang aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Aku juga tidak mengerti. Sudah seperti ini sejak kemarin......"


Sial, aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan diriku sendiri.....! Tidak ada waktu untuk bingung!


"Hmm?"


"Apa?"


Aku tiba-tiba menyadari bahwa Kana yang berdiri di sampingku, berpakaian layaknya seorang yankee (Kana terlihat seperti seorang yankee yang ingin berkata, "Apa lo liat-liat?)


"Apakah Kana mengenakan seragam sekolah?"


"Ini seragamku sendiri, memangnya kenapa?"


"Itu pakaian yang sederhana. Cocok sebagai abang-abangannya Hoshimiya."


"Kalau mau mati, bilang saja, Bakariku."


Dengan sebuah letusan, seonggok tampolan mendarat di atas lengan kiriku.